Komitmen AS dan ASEAN Bersatu Atasi Masalah Myanmar – Sampai saat ini, Myanmar masih belum benar-benar berada dalam situasi damai. Tekanan yang hadir dari junta militer di Myanmar masih menyebabkan situasi yang belum kondusif di negara tersebut. menyikapi hal ini, negara-negara anggota ASEAN sama-sama sudah sepakat untuk mendukung dan membantu Myanmar dalam penghentian aksi dan tekanan dari junta Myanmar yang sudah berkelanjutan dalam beberapa waktu terakhir.
Konsensus dari ASEAN telah mencapai kesepatan untuk melakukan dukungan agar Myanmar kembali menjadi negara demokratis dan terlepas dari kungkungan dari junta militer. Terkait dengan hal ini, Amerika Serikat juga menyampaikan pendapat dan dukungan yang sama bagi Myanmar agar lepas dari tekanan junta militer.
Amerika Serikat telah menyampaikan komitmen ini. Tidak saja dalam bentuk dukungan moral dan diplomatis, pemerintah Amerika Serikat telah memberikan bantuan finansial hingga 74 juta dollar AS untuk membantu Myanmar. Sebagian dari bantuan finansial dari Negeri Paman Sam ini ditunjukan untuk membantu para pengungsi dari komunitas etnis Rohingya yang menjadi korban langsung dari junta militer Myanmar dan sebagian telah melarikan diri dan mencari perlindungan di negara tetangga dari Myanmar.
Dukungan dari Amerika Serikat ini disampaikan langsung oleh Antony Blinken yang merupakan Menteri Luar Negeri AS. Dalam kehadiran Blinken di ASEAN Post Ministerial Conference yang dihadiri para menteri luar negeri negara ASEAN, hal itu disampaikan oleh Blinken. Tak hanya membahas tentang kondisi Myanmar, Blinken juga membahas tentang situasi yang tengah terjadi di wilayah Laut China Selatan dan Timur dan juga situasi di Selat Taiwan.
Terkait isu-isu tersebut, Blinken menyampaikan bahwa AS dan negera ASEAN harus mendukung dan menunjung tinggi hal terkait kebebasan di bidang navigasi di Laut China Selatan dan Laut China Timur. Tak hanya itu saja, perdamaian dan stabilitas perlu dijaga dan diupayakan di wilayah Selat Taiwan yang saat ini sedang memanas. Keprihatinan dari AS yang disampaikan Blinken ini terkait dengan Amerika Serikat yang merasa sama-sama menjadi bagian dari negara di wilayah Indo-Pasifik.
Terkait visi Indo-Pasifik ini, Blinken juga menyampaikan bahwa AS pun turut menyampaikan pendapatnya terkait Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik atau AOIP. AS menyampaikan bahwa negara ini pun turut menginginkan agar negara-negara di wilayah Indo-Pasifik menjadi negara yang bebas yang bisa menentukan jalan mereka sendiri dan bisa menjalin mitra sesuai negara masing-masing.
Untuk itu, masalah yang terjadi pun perlu diselesaikan secara terbuka tanpa adanya paksaan apapun dengan asas keadilan dan transparansi. Blinken menambahkan bahwa perlu diupayakan akses untuk bebas bepergian secara sah di wilayah Indo-Asia dan ini menjadi alasan dari AS dalam mengupayakan pembicaraan dengan negara-negara ASEAn dan menjalin kerja sama yang bagus guna memberikan keuntungan bagi semua pihak.
Terkait dengan hal ini, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, retno Marsudi pun sudah menyampaikan pandangan Indonesia terkait wilayah Indo-Pasifik. Ini disampaikan pada KTT Asia Timur yang diikuti oleh 18 negara, dengan Amerika Serikat, China, hingga Rusia turut hadir dalam KTT ini. Menlu Retno menyampaikan bahwa Indo-Pasifik tidak boleh menjadi medan pertempuran lain.
Menlu Retno menyatakan bahwa wilayah Indo-Pasifik, terutama Indonesia, haruslah selalu dalam situasi stabil dan itu perlu dijaga dengan sebaik mungkin tanpa adanya konflik dan kepentingan yang merugikan pihak lain.
Tak hanya Menlu RI saja, tapi Presiden Joko Widodo juga menyampaikan pandangan terkait peran ASEAN. Presiden Jokowi menyebutkan bahwa ASEAN bukanlah perwakilan negara manapun dan akan tetap mengambil sikap seperti itu. ASEAN sebagai persatuan negara-negara di wilayah Asia Tenggara berusaha terus menerus memperkuat kesatuan dan solidaritas antar anggota.
Tak hanya itu, Presiden Jokowi juga menyebutkan bahwa sentralitas ASEAN perlu diperkuat untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di wilayah tersebut. Ini semua tetap dengan mengikuti dan menghormati ketentuan dalam hukum internasional yang berlaku.
Masih tentang AS dan Blinken yang hadir dalam pertemuan, Amerika Serikat tidak hanya menyampaikan suara dan gagasan terkait isu yang terjadi di Myanmar saja. Namun, pemerintah AS juga mendorong adanya kerja sama antara ASEAN dan AS dalam menyikapi isu yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Sampai saat ini, perang masih terjadi dan situasi masih belum benar-benar mereda dan menemukan titik perdamaian.
Blinken mengatakan bahwa perang ini telah menodai dan melanggar prinsip yang diikuti dan dijunjung tinggi oleh negara anggota ASEAN hingga Piagam PBB. Blinken menyampaikan bahwa perang yang ada itu tidak saja memberikan dampak besar bagi Ukraina, tapi dampaknya pun berimbas pada negara ASEAN and negara lain di dunia terutama di sektor pangan dan energi karena status Ukraina sebagai salah satu eksportir besar di dua bidang tersebut.
Kembali terkait dengan masalah yang ada di Myanmar dengan tekanan dari junta militer, ASEAN memberikan kembali kecaman pada kekerasan yang sudah terjadi. Kekerasan yang ada sudah terjadi sejak cukup lama dan kelompok etnis Rohingya menjadi salah satu bukti kekerasan ini yang sampai membuat sebagian anggota etnis Rohingya harus mencari perlindungan di negara lainnya.
Penyelesaian konflik perlu segera dilakukan dan ASEAN serta Myanmar telah mempunyai consensus untuk hal ini. Tak hanya consensus, dalam komunike bersama telah diusulkan dan dirumuskan langkah yang perlu dilakukan untuk menghentikan kekerasan yang terjadi di ASEAN. Pihak Indonesia dan ASEAN pun telah mencoba menjalin komunikasi dengan semua pihak yang terlibat dalam masalah Myanmar tersebut namun sampai saat ini belum ada hasil yang jelas.