Isu Bom Kotor Dalam Konflik Rusia dan Ukraina

Isu Bom Kotor Dalam Konflik Rusia dan UkrainaSesudah timbul adanya kecemasan yang berhubungan terhadap penggunaan senjata nuklir di dalam konflik antara Rusia dan Ukraina tentunya sekarang ini muncul isu terbaru berupa bom kotor yang dapat menyebar paparan radioaktif. Setelah terdapat kekhawatiran yang berhubungan dengan potensi dalam menggunakan senjata nuklir pada konflik ini tentunya Moskow baru-baru ini menyebutkan bahwasanya Ukraina sedang mempersiapkan bambu kotor supaya nantinya dapat melakukan penjebakan terhadap Rusia sebagai teroris nuklir.

Dari menteri pertahanan Rusia itu sendiri mengatakan untuk situasi yang ada di Ukraina memang memburu dalam waktu yang cukup cepat serta menuju ke bagian ekskalasi yang memang tidak dikendalikan. Rusia juga telah menduga bahwasanya hal tersebut mampu memberikan dorongan terhadap Ukraina untuk nantinya dapat memanfaatkan kotor yang kemudian akan dituduhkan pada Moskow.

Hal tersebut memang telah disampaikan kepada menteri pertahanan Perancis dalam panggilan telepon di hari Minggu yang menyatakan bahwasanya mereka akan membahas adanya situasi di Ukraina yang semakin memburuk dengan cepat menurut kementerian pertahanan Rusia pada pernyataan yang berhubungan dengan rangkuman panggilan telepon kedua dari menteri tersebut tentunya hal ini kecenderungan menuju ekskalasi yang lebih lanjut dan tidak terkendali.

Adanya bom kotor menurut pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika Serikat merupakan campuran yang berasal dari bahan peledak serta bahan radioaktif seperti halnya pelet ataupun bubuk. Pada saat dinamit ataupun bahan peledak yang lainnya tersebut meledak tentunya untuk ledakannya tersebut akan membawa bahan radioaktif menuju ke daerah yang ada di sekitarnya.

CDC memberikan tambahan bahwasanya terdapat bahaya utama yang nantinya ditimbulkan oleh adanya bom kotor yang berasal dari ledakan tersebut. Sementara itu untuk jenis bahan radioaktifnya sendiri kemungkinan besar memang tidak akan menciptakan timbulnya paparan radiasi yang lebih cukup guna menyebabkan penyakit serius kecuali bagi orang-orang yang memang sudah sangat dekat dengan adanya lokasi kejadian ledakan.

Christopher Fettweis sebagai seorang profesor ilmu politik dari Universitas Tulane mengatakan bahwasanya terdapat bom kotor yang memang tidak pernah digunakan pada sebuah konflik. Dari mereka tersebut memang lebih teoretis dibandingkan dengan nyata yang memang menambahkan bahwasanya gagasannya tersebut dari negara Ukraina dapat memanfaatkan bom kotor yang berada di wilayah mereka sendiri yang sebenarnya memang gila.

Hal ini tentunya merupakan salah satu dari adanya isapan jempol imajinasi dari presiden Rusia Vladimir Putin yang telah dia suka buang dan menggunakan RT. Tentunya telah merujuk terhadap organisasi dari media pemerintah Rusia yaitu Russia Today.

Hal seperti ini memang tidak masuk akal lagi untuk Ukraina dalam melakukan tindakan tersebut. Bahkan untuk mencoba dalam memperoleh opini publik pada Rusia.

Apabila untuk target di sini merupakan orang-orang Rusia tentunya menjadi opini yang masuk akal apabila mencoba dalam mengingatkan mereka bahwasanya mereka memang benar-benar mampu menghadapi musuh jahat yang telah berputus asa dan didukung oleh NATO yang nantinya harus dihancurkan. Rusia juga telah memperingatkan Amerika Serikat dan Inggris terkait perencanaan bom kotor dari Ukraina tersebut.

Rusia membahas adanya potensi ancaman dalam penggunaan bom kotor dari Ukraina bersama negara Inggris dan Amerika Serikat di tingkat kepala staf umum. Hal ini memang telah diungkapkan oleh kementerian pertahanan Rusia yang membahas masalah tersebut melalui panggilan telepon bersama ketua kepala staf gabungan Amerika Serikat.

Meskipun begitu London telah memberikan pernyataan bahwasanya memang sangat penting dalam melakukan penjagaan terhadap saluran komunikasi bersama Moskow terbuka untuk nantinya melakukan pengelolaan risiko terhadap salah perhitungan serta guna memberikan fasilitas de eskalasi terjadinya konflik. Sebelumnya dari menteri pertahanan Rusia juga telah mengemukakan atas kekhawatirannya yang serupa ketika berbintang melalui panggilan telepon bersama menteri pertahanan Amerika Serikat, Inggris dan Perancis.

Moskow secara terang-terangan telah memberikan peringatan terhadap negara barat yang berhubungan dengan dugaan perencanaan Kiev yang menggunakan bom kotor untuk melakukan penjebakan terhadap Rusia. Dari kementerian pertahanan Rusia juga sudah mengklaim bahwasanya Kievmenginginkan untuk menjebak Moskow supaya nantinya dituding sebagai teroris nuklir dan dengan adanya tuduhan tersebut menggunakan senjata pemusnah massal serta dengan begitu memiliki potensi dalam meluncurkan kampanye anti Rusia yang lebih kuat.

Akan tetapi dari pihak barat tentunya bagaimanapun dari sebagian besar memang tetap mengabaikan adanya peringatan tersebut. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov juga telah memberikan pernyataannya atas ketidakpercayaan dari Barat pada sebuah skenarionya yang satu ini untuk tidak membuat timbulnya ancaman yang semakin berkurang. Sementara itu, Kiev juga memberikan bantahan yang sangat keras terhadap tuduhan dari Moskow.

Presiden Ukraina yaitu Volodymyr Zelensky juga telah menyatakan bahwasanya menjadi satu-satunya dari pihak yang memiliki kemampuan dalam melancarkan adanya serangan yang hanya memanfaatkan nuklir yaitu dari negara rusia itu sendiri. Sementara itu dalam hal ini PBB juga sudah meminta untuk keseluruhan dari pihak yang turut serta dalam konflik tersebut supaya nantinya tetap bisa menahan diri.

Selain itu juru bicara dari sekretaris jenderal PBB yaitu Antonio Guterres Stephane Dujarric telah mengatakan terhadap briefing yang dilakukan di hari Senin bahwasanya untuk keseluruhan pihak haruslah menghindari adanya tindakan apa saja yang nantinya bisa menimbulkan salah dalam perhitungan ataupun ekskalasi yang lebih lanjut dari adanya sebuah konflik yang telah menghancurkan. Akan tetapi untuk presiden Ukraina sendiri sudah menyatakan penolakan secara keras terhadap tudingan Rusia bahwasanya negaranya menyiapkan bom kotor yang seiring dalam proses meningkatkan konflik antara dari dua negara tersebut.

 

Persiapan Rusia Serangan Baru Dengan 500 Ribu Wamil

Persiapan Rusia Serangan Baru Dengan 500 Ribu Wamil – Dalam upaya untuk melakukan gelombang serangan baru, Rusia akan melanjutkan kegiatan mobilisasi sampai 500 ribu wajib militer yang didatangkan dalam mendukung serangan untuk beberapa bulan mendatang. Adanya peringatan yang telah dilontarkan tersebut merupakan pernyataan yang diberikan oleh kepala pertahanan Ukraina.

Dari Wakil Kepala Intelijen Militer Ukraina, Vadym Skibitsky telah mengatakan terdapat rekrutan yang nantinya akan melakukan pengambilalihan terhadap bagian untuk melakukan serangan. Proses mengambil alih bagian tersebut guna mendukung sarangan baru yang akan dilontarkan untuk sepanjang musim semi dan musim panas yang berada di bagian selatan hingga Timur dari negara tersebut.

Sekarang ini, para pejabat Ukraina sudah membuat laporan terbaru bahwasanya terdapat 280.000 dari pasukan darat Rusia yang sudah dikerahkan untuk menyerang negara tersebut. Perkiraan yang telah disampaikan, diduga terdapat serangan yang dilakukan di wilayah Kharkiv dan Donetsk. Bahkan, kemungkinan besar juga akan menyerang kawasan Zaporizhzhia. Akan tetapi, untuk melakukan pertahanan di Crimea dan Kherson, hal ini tentunya menjadi jumlah orang yang akan dikerahkan dalam penugasan dari serangan tersebut.

Prediksi yang diberikan atas perkiraan gelombang pasukan juga dikatakan bahwasanya saat Rusia kalah, tentunya dari bu tin akan mengalami keruntuhan. Skibitsky juga mengatakan bahwasanya terjadinya gelombang terakhir mampu memobilisasi yang nantinya akan dilangsungkan pada 15 Januari.

Serangan baru tersebut sesudah masa liburan pada saat Rusia akan melakukan percobaan untuk mengalahkan Ukraina dengan ketersediaan pasukannya yang cukup besar. Dari pihak Rusia juga sudah membantah telah membuat persiapan untuk gelombang kedua atas mobilisasi umum dengan Vladimir Putin yang menyebutkan bahwasanya tidak akan ada gunanya di bulan lalu.

Sebelumnya, Kremlin sudah menyerukan adanya gencatan yang akan dilangsungkan dengan menggunakan senjata 36 jam yang berlangsung di hari Jumat. Penentuan ini dengan menyesuaikan hari libur untuk Natal Kristen Ortodoks Rusia. Akan tetapi, Ukraina melakukan penolakan terhadap gencatan senjata yang telah digambarkan oleh Volodymyr Zelensky. Hal ini dijadikan sebagai bentuk upaya dalam menghentikan gerakan maju yang dilakukan oleh pasukan di Donbas.

Setiap pasukan telah membawa peralatan secara lengkap dengan amunisi yang tersimpan serta orang-orang yang telah dimobilisasi supaya lebih dekat dengan keberadaan posisi dari tentara Ukraina. Ukraina juga menyatakan klaim bahwasanya pasukan Rusia terus melakukan penyerangan secara terus-menerus dengan gencatan senjatanya. Dengan adanya seorang pekerja darurat yang sudah terbunuh oleh tembakan artileri di wilayah Kherson. Adanya laporan tembakan artileri tersebut berlangsung di kota Kramatorsk, Donbas.

Kemunculan peringatan untuk serangan udara tersebut sudah dikeluarkan pada beberapa kota yang ada di Ukraina. Akan tetapi, sejauh dari peringatan tersebut ternyata tidak ada ledakan yang bisa dilaporkan sebagai bentuk penyerangan yang dilakukan oleh Rusia. Namun, terdapat pembaruan terbaru dari pihak Kementerian Pertahanan yang mengatakan bahwasanya untuk pertempuran yang terjadi antara Ukraina dan pasukan Rusia masih terus berlanjut. Penyerangan tersebut hingga tingkat rutin meskipun terdapat gencatan senjata pada Ukraina.

Pembaruan yang berasal dari intelijen harian, Kementerian pertahanan juga mengatakan bahwasanya di beberapa daerah yang sedang diperebutkan cukup sengit tepat di kawasan kota Kremina, Provinsi Luhansk, Ukraina Timur. Pertempuran yang berlangsung lebih difokuskan di kawasan berhutan lebat yang berada di area Barat Kota. Pertempuran tersebut sudah beralih dengan menggunakan jenis pertempuran infanteri dan bahkan untuk penyerangannya sendiri melalui jarak dekat.

Menurut keterangan dari Kementerian Pertahanan, bahwasanya pertempuran antara pasukan Rusia dan Ukraina masih berlanjut untuk tingkat rutin sampai periode Natal Ortodoks. Salah satu dari sektor yang sangat diperebutkan masih berada di kawasan kota Kremina, Oblast Luhansk. Pada tiga minggu terakhir ini telah terjadi pertempuran yang berlangsung di kawasan Kremina dengan memfokuskan di bagian hutan lebat tepatnya di sebelah barat kota. Hutan tersebut merupakan jenis hutan konifera yang telah menyediakan perlindungan dengan sistem pengamatan udara yang bahkan juga berlangsung di musim dingin.

Dari kedua belah pihak kemungkinan besar akan tetap memperjuangkan untuk bisa menyesuaikan tembakan artileri supaya lebih akurat. Sehingga dengan adanya kabar penyerangan gelombang baru yang didatangkan oleh pasukan Rusia telah dipersiapkan secara matang oleh Kementerian Pertahanan Ukraina untuk menyesuaikan tembakannya.

Ukraina Akui Menjalankan Misi Nato dari Rusia

Ukraina telah mengakui berlangsungnya perang dengan Rusia sudah didukung dengan menjalankan misi NATO tanpa harus menumpah darahkan rakyat dari negara aliansi. Sebagai bentuk imbalannya, Kiev mengharapkan barat terus menyediakan amunisi serta senjata yang bisa diberikan untuk Ukraina.

NATO menyatakan bahwasanya Rusia merupakan ancaman paling besar untuk blok pimpinan Amerika Serikat. Ukraina telah menangani ancaman dengan menjalankan misi NATO pada hari itu tanpa harus menumpahkan darah sehingga berharap bisa menyediakan senjata yang dibutuhkan oleh pasukan Ukraina.

Setiap rekan NATO melakukan kerjasama dengan baik untuk memberikan informasi dalam percakapan ataupun pesan teks. Bahwasanya Ukraina merupakan perisai peradaban dan melakukan pembelaan terhadap seluruh dunia yang beradab serta seluruh bagian barat.

Para pejabat Ukraina termasuk presiden ke bawah telah melakukan permintaan bantuan senjata secara rutin dari barat seperti halnya artileri, misil, amunisi dan tank. Selain itu, bulan Oktober telah diketahui terdapat proses politik Pentagon dengan tujuan untuk terus melakukan peningkatan terhadap standar hingga Ukraina bisa menerima tank tempur utamanya.

Di hari Jumat Washington, juga memberikan pengumuman atas pengiriman 50 kendaraan tempur infanteri bradley yang menggunakan lapis baja modern dikirimkan ke Kiev. Sebagian dari paket senjata tersebut memiliki nilai USD 3 miliar dan Perancis telah memberikan janji untuk memberikan sejumlah tank ringan yang beroda.